
Kota London
Rinduku terlahir
Ingin rasanya punya sayap
Agar sampai ke sana lagi
Karnivor perkasa
Gagahmu tiada tara
Sekali memekik bergegar bukit dan rimba
Kibas kelepakmu cukup untuk menggerunkan mangsa
Daerahmu langit
gelanggang pencakmu bumi dan laut
Sungai ini sungaiku
10 tahun dulu
Aku suka mandi di sini
Mengejar anak-anak ikan di celah batu-batu
Berteduh di bawah pohon-pohon rendang di tebingnya
Sambil melamun dan melihat rumput menari-nari ditiup bayu
Hari ini,
10 tahun terkemudian
aku datang menjenguk sungaiku
Sungaiku bukan sungaiku dulu
Gemercik airmu tidak kedengaran lagi
Yang ku dengar hanyalah tangismu
Terisak menderita, merintih, kecewa
Awalnya
Aku sungai yang jernih
Arusku deras mengalir
Aku tidak meluap bila dilimpah hujan
Aku mengalir ke sawah dan ladang
Aku bekalkan minuman untuk manusia dan binatang
Tapi
Manusia menodai kesucianku
Manusia mensia-siakanku
Manusia merubahku jadi buruk
Manusia meracuniku dengan sisa najis dan kilang
Manusia mencampakkan sampah dan kotoran
Wajah ku hitam
Aku kotor
Aku busuk
Manusia membunuh teman-temanku
Ikan-ikan mati
Rumput rumpai mati
Pepatung pun turut mati
Hari ini
Aku pergi dengan air mata bergautan di kelopak mata
Sungai ku terhina dan tiada siapa yang peduli
Aduhai sungai, kau masih sungaiku lagi

Larut malam itu , sejuk, sunyi, tenang
Langit cerahBayu laut meniup lembut, segar
Ombak beralun-alun gemalai
Datang tiba-tiba rindu berhembus di jiwa
Keinsafan terjejak di taman hati
Aku mahu bertemu Mu
Bersimpuh di hadapan Mu
Gementar jiwa dan raga
Hati tertanya-tanya
Apakah Kau mahu bertemu dengan ku lagi
Apakah Kau terima jua aku mendekati Mu
Aku yang banyak kesalahan dan kesilapan
Aku bangun jua membersih diri
Untuk sujud di kaki Mu
Aku mahu...
Kau dengar sedu sedanku
Kau tahu kekesalanku
Kau terima taubatku
Aku mahu...
Berlindung dengan kalimah Mu
Berkota dengan nama-nama Mu
Berpayung dengan keampunan Mu
Masih belum terlewat untuk ku mendapat titik mula
Ya Tuhan
Ampunan Mu menguasai segala-galanya
Mengatasi apa yang ada di bumi dan di langit
Lebih besar dari kesalahan hamba-hamba Mu
Ya Tuhan
Peluklah aku dengan belas kasih sayang Mu
Hanya Engkau yang aku sembah
Hanya Engkau tempat aku beriman
Hanya Engkau tempat aku berlindung dan memohon keselamatan

Cahaya bulan di jendela
Ku biarkan sinarnya lembut ke kamar
Dan sering juga ku buka jendela
Mengizinkan angin malam sejuk membelai pipiku
Aku amat menikmati saat kesunyian larut malam
berdakapan dengan sepi hatiku
Perempuan itu dengan terendak di kepala
Dah berdekad menyemai padi di sawah
Tak menangisi kepayahan
Usahkan meratapi kemisikinan
Menerima dengan syukur
Mendakap dengan tulus
Ujian dan kurniaan Tuhan
Wahai perempuan
Panggilan yang indah untuk
Semangat wajamu itu
Adalah Ibu Taniku
Gerbang perpisahan pasti
Kalau dah sampai waktunya
Yang tinggal hanya kenangan berhias sunyi
Perpisahan yang menyalut duka
Rindu yang tertanam di lubuk jiwa

Mengembara mengejar cita
Ia menuntunku untuk beranjak
Langkah demi langkah
Ranjau dan duri
Tetap ku tempuhi
Langkahku menuju tujuan
Ada cahaya terang didepanku
Cukup hanya
Satu senyuman dari hati
Terlukis tiada akan terhapus
Menangkap sebuah keikhlasan
Yang melahirkan seorang teman
Cukup hanya
Satu senyuman ikhlas
Menjadi penawar jiwa yang resah
Menghambat pergi duka yang menerjah
Sedekahkan satu senyuman
Ukirkan satu senyuman
Hadiahkan satu senyuman
Lontarkan satu senyuman
Biar dunia ini jadi berseri
Yang ada di sini
Berundak di kaki bukit
Hanya bendang kontang
dan kali mati
serta sebuah dangau sepi

Masa kecilku indah
Walau hidup sederhana
Tapi aku bahagia
Abah memenuhi kehendakku
Emak melayan manjaku
Akak mengajarku menjadi jelita
Abang mendengar rungutanku
Masa kecilku akulah puteri
Andai aku ini bunga
Ia bukan bunga biasa
Sekali ia mekar
Tak akan berkuncup lagi
Aku mahu menangis
Biar air mata ini
Menjadi sungai mengalir
Menghanyutkan aku kembali kepadamu

Emak
Esok aku akan berangkat pergi
Dan tidak akan melangkahkan kakiku
Tanpa restumu
Anak
Di kota nanti
Jangan biarkan dirimu bagai debu
Di tiup angin entah kemana dan
Jangan biarkan emak seharipun
Tanpa kabar darimu

Kakak itu
Langkahnya menyusur dingin pagi
Sekeliling kampung berjaja hasil tani
Sejarahnya penuh lukaGenang dikelopak mata
Dah tidak ada makna
Di rumah lima mulut menanti